Scroll untuk membaca artikel
Peristiwa

Resesi Tahun 2020-2021, Modal Startup Seret

1
×

Resesi Tahun 2020-2021, Modal Startup Seret

Share this article

Radartvnews.com – Meski masih terjadi pelemahan ekonomi global dan perang dingin antara Cina dan Amerika Serikat (AS), pendanaan ekonomi digital masih Indonesia berjalan lancar. Tahun 2018, berdasarkan laporan ekonomi digital e-Conomy SEA 2019, investasi digital di Indonesia mencapai 3,8 dolar AS, tahun ini sedang menuju ke angka itu.

Sementara untuk 2020 dan 2021, Bank Dunia dan para ekonom menyebut di mana akan terjadi resesi ekonomi dunia. Hal itu bakal membuat pendanaan startup seret. Artinya, para investor akan berinvestasi ke sektor lain, yang bisa memberikan keuntungan.

Joint Head Investment Group Temasek, di Google Indonesia, Rohit Sipahimalani mengatakan, mengingatkan kepada para startup untuk menahan diri agar tidak membakar uang terus menerus.

“(Tahun 2020-2021) uang (investor) tidak akan selalu tersedia untuk startup,” ujarnya di Jakarta, kemarin (7/10).

Menurut dia, akibat resesi global pendanaan bakal menurun. Namun untuk wilayah Asia Tenggara, akan terbebas dari krisis lantaran didorong ekonomi yang sirkular dan kekuatan konsumsi domestik.

Berdasarkan laporan Temasek, ekonomi digital Indonesia tahun ini tercatat 40 miliar dolar AS atau setara 556,6 triliun. Angka itu, tertinggi di Asia Tenggara, mengalahkan Thailand (16 miliar dolar AS), Singapura (12 miliar dolar AS), Vietnam (12 miliar dolar AS), Malaysia (11 miliar dolar AS), dan Filipina (7 miliar dolar AS).

Diproyeksikan pada 2025, ekonomi digital Indonesia akan terus meroket hingga 133 miliar dolar AS. Angka itu mengalahkan Thailand 50 miliar dolar AS di tahun yang sama.

“Dengan populasi anak muda digital yang terus tumbuh, menjadi faktor kunci keberhasilan ekonomi mereka,” ujar kata Rohit.

Adapun pertumbuhan sektor ekonomi digital Indonesia ditopang oleh e-commerce yang dalam empat tahun tumbuh 12,3 kali lipat menjadi 21 miliar dolar AS. Pada tahun 2025 pertumbuhannya bisa mencapai USD 82 miliar.

Terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah memperkirakan pada tahun depan jumlah investor yang rela membakar uang akan berkurang seiring melambatnya ekonomi global.

“saya perkirakan ke depan di tengah melambatnya ekonomi global jumlah investor yang rela bakar uang akan semakin sedikit. Investor akan mulai beralih kepada startup yang bisnisnya bisa menghasilkan keuntungan dengan kemampuan tidak hanya menciptakan pengguna dan tapi juga enggagement atau keterikatan sehingga berpotensi memunculkan valuasi yang tinggi,” pungkas Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (7/10). (fin/put)