Scroll untuk membaca artikel
BandarlampungPeristiwa

Keberpihakan Ridho-Bachtiar pada Peternakan Rakyat Tak Diragukan

6
×

Keberpihakan Ridho-Bachtiar pada Peternakan Rakyat Tak Diragukan

Share this article

radartvnews.com-Muhammad Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri dinilai berhasil menanamkan sistem yang kokoh bagi pengembangan peternakan rakyat. Alasannya, pertama, pengembangan pola kemitraan antara perusahaan besar yang menjalankan usaha berbasis agribisnis modern dengan peternakan rakyat. Kedua, menggalakkan inovasi dan teknologi peternakan yang kemudian diterapkan untuk pengembangan peternakan rakyat. Dan, ketiga, membuat program yang mampu menggabungkan potensi alam di Provinsi Lampung yang mudah dan murah didapat untuk mengembangkan peternakan rakyat. Ketiga argumen itu menguatkan komitmen Ridho-Bachtiar mengembangkan perekonomian yang berpihak pada rakyat.

Dunia peternakan Lampung memang memiliki masa depan cerah. Selain karena Nilai Tukar Petani (NTP) bidang peternakan di atas 100 (yaitu sekitar 104,19), juga peluang Provinsi Lampung dalam mengembangkan diri sangat besar. Pertama, terkait dengan pola kemitraan antara perusahaan besar yang menjalankan usaha berbasis agribisnis modern dengan peternakan rakyat. Di sini, terjalin hubungan saling menguntungkan antara keduanya (mutualisme). Pihak perusahaan akan memenuhi tuntutan pemerintah agar peternakan rakyat tetap berkembang. Di sisi lain, apa yang dilakukan oleh perusahaan besar juga tidak mematikan peternakan rakyat. Persoalan sapi impor, misalnya. Bukan hal baru jika impor sapi merupakan bagian keterdesakan karena produksi sapi nasional yang kurang banyak. Di masa lalu, tanpa melakukan impor, maka kebutuhan akan daging nasional akan sulit dipenuhi.

Pemerintah terus menggalakkan swasembada daging yang tentu saja melibatkan peternakan rakyat. Jika sapi sudah berlimpah, impor tidak diperlukan lagi.
Beberapa contoh pola kemitraan yang dikembangkan Ridho-Bachtiar antara lain, pembinaan perusahaan feedloters terhadap petani/peternak. Pola kemitraan dan tidak hanya dalam usaha penggemukan saja tetapi juga pembibitan dan budidaya agar populasi sapi di Provinsi Lampung terus meningkat. Peternakan rakyat dilibatkan dengan mengembangkan bibit-bibit yang ada. Dengan cara kemitraan ini Ridho-Bachtiar berharap akan tumbuh kelompok-kelompok tani tangguh agar usaha ini dapat terus dikembangkan. Dari satu kelompok di satu desa ke kelompok lain, di desa yang lain.

Kedua, keberpihakan Ridho-Bachtiar pada peternakan rakyat salah satunya dengan inovasi. Pada tahun 2015, Lampung berhasil meraih penghargaan Budhipura atau inovasi di bidang peternakan dalam pembangunan sistem inovasi daerah (SIDa) di puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-XX. Penghargaan Budhipura menunjukkan apa yang dilakukan Ridho-Bachtiar berupaya memberikan keunggulan pada ternak-ternak milik rakyat. Sebelumnya, pembedaan antara ternak rakyat (lokal) dengan ternak unggul sangat menyolok. Namun, dengan sejumlah program yang dilakukan pemerintah, ternak-ternak rakyat mulai terlihat besar, sehat dan dagingnya pun enak.
Hasil pengembangan iptek kambing saburai, misalnya, unggul tidak saja dengan kambing yang besar tapi juga waktu pembesaran yang cepat. Sedangkan pakan ayam Probiotik menggunakan herbal, sehingga sangat aman dikonsumsi karena tidak menggunakan bahan kimia sebagai pemacu pertumbuhannya. Bahkan teknologi ayam probiotik ini menjadi bahan kajian yang serius didalami pengembangannya oleh Kemenristek Republik Indonesia.

Ketiga, tingginya komitmen Pemerintahan Ridho-Bachtiar terhadap peternakan rakyat adalah pemanfaatan sumber daya alam yang mudah dijumpai di Provinsi Lampung. Seperti limba sawit, ataupun limbah tanaman lainnya. Itulah sebabnya, Ridho menggabungkan Peternakan dengan perkebunan dalam satu lembaga/instansi/dinas untuk mendukung era peternanakan rakyat ini. Apa yang dilakukan Ridho dinilai berhasil memadukan integrated farming yang produktif untuk meningkatkan produksi peternakan Lampung. (TIM)