PESAWARAN : Stigma negatif yang disematkan kepada geneasi milenial, perlahan coba dikikis oleh Komunitas Pandhega Dira. Konotasi generasi rebahan, mudah bosan dan apatis (tidak peduli dengan kondisi lingkungan sekitar) tidak berlaku bagi anak anak yang tergabung dalam Pandhega Dira.
Diambil dari bahasa Sangsekerta memiliki arti pemimpin yang berani. Komunitas yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan ini memiliki kepeloporan untuk membantu sesama. Utamanya kepada masyarakat yang berada di wilayah terpencil di Provinsi Lampung.
Mereka adalah anak anak muda usia kuliah, gabungan dari sejumlah kampus di Sai Bumi Ruwa Jurai.
Sudah tak terhitung aktivitas sosial kelompok ini. Terbaru saat bersamaan dengan perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77.
Anak anak muda hebat ini melakukan aktivitas pendampingan, penyuluhan dan aktivitas bersama di Desa Pagar Jaya Induk, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
”Kami sudah sangat akrab dengan masyarakat di sana (Desa Pagar Jaya Induk-red). Kegiatan ini sudah untuk tiga kali diselenggarakan di sana,” ucap Ketua Pelaksana Pandhega Dira Dewi Sri Wayhyuni.
Di puncak Hari Kemerdekaan, mereka memfasilitasi ragam perlombaan unik. Baik bagi anak- anak hingga orang dewasa.
Puncaknya adalah perhelatan teater. Memanfaatkan selasar sekolah, siswa-siswi dalam waktu sekejap di ajari seni teater. Bermain peran dan menghafalkan naskah. Sebuah kisah tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda untuk menorehkan kemenangan.
Kepala Desa Pagar Jaya Induk Fauzi Chairul Anwar memastikan sangat menerima dan mendukung aktivitas relawan Pandhega Dira. Kegiatan sosial dan pendidikan dari relawan sangat dinantikan warga di desa terpencil.
”Kami mengapresiasi kerja keras Komunitas Pandegha Dira mampu berbaur bersama warga kami. Memberi pelajaran, dan beraktivitas bersama merayakan kemerdekaan Indonesia,” jelas Fauzi.
Sebaliknya, Dewi Sriwahyuni menuturkan Pandhega Dira sudah beberapa kali menjelajahi daerah terpencil. Kehadiran anak anak muda dengan visi memajukan daerah terpencil ini selalu diterima dengan tangan terbuka.
Semua pembiayaan untuk melaksanakan aktivitas sosial ini berasal dari sumbangan sukarela para anggota dan tentunya donatur yang tidak mengikat. ”Prinsipnya kami berbagi kebahagian bersama dengan warga di daerah terpencil,” jelasnya. (TIM)