Scroll untuk membaca artikel
Peristiwa

Gubernur Ridho Perkuat Komitmen Ketahanan Pangan

0
×

Gubernur Ridho Perkuat Komitmen Ketahanan Pangan

Share this article
Rakor Upsus Peningkatan Produksi Pangan di Lampung

radartvnews.com-Gubernur Muhammad Ridho Ficardo mengingatkan jajarannya untuk terus memperkuat komitmen mewujudkan ketahanan pangan melalui tiga sektor unggulan Lampung, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan. Bahkan, untuk tahun 2018, Provinsi Lampung telah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 4.456.991 ton Gabah Kering Giling (GKG), jagung 3.290.366 Pipilan Kering (PK), dan kedelai 199.776 ton Biji Kering. Sasaran tersebut sudah dituangkan dalam Pakta Integritas di tingkat Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota pada tanggal 16 November 2017. Beberapa pencapaian sasaran yang ditetapkan, yakni memberikan dukungan penuh dan partisipasi aktif Tim Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (P2PJK) Kementerian Pertanian yang penanggungjawabnya adalah Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian RI. Pesan Gubernur tersebut disampaikan Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Hamartoni Ahadis pada Rapat Koordinasi Evaluasi Kinerja 2017 dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2018, di Hotel Horison Ruang Tanggamus II, Jumat (19/1/2018).

Rapat juga dihadiri oleh Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian RI, Justan Riduan Siahaan.
“Dalam mendukung Program Nasional mewujudkan Swasembada Pangan, Provinsi Lampung memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Secara khusus tingkat pertumbuhan ekonomi Lampung selama 5 tahun terakhir selalu berada diatas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Wilayah Sumatera. Di tengah pemulihan ekonomi global yang berlangsung lambat, ekonomi Lampung mampu tumbuh cukup tinggi sebesar 5,21 persen pada Triwulan III-2017, terbesar ke empat di Sumatera,” ujar Hamartoni.


Di Sektor Pertanian, kata Hamartoni berbagai upaya telah dilakukan dalam bentuk program dan kegiatan guna mewujudkan keunggulan kompetitif. Upaya tersebut yakni Program Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) serta Bawang Merah dan Cabe (Babe). “Ini sudah dilakukan sejak tahun 2015 melalui berbagai upaya, antara lain peningkatan luas tambah tanam (LTT) dan percepatan serapan gabah petani (Sergap),” kata Hamartoni.


Lalu, Program Cetak Sawah Baru seluas 13.875 Ha dan tahun 2017 seluas 6.775 Ha dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi, penyaluran pupuk bersubsidi melalui Pola Billing System (online), penyediaan bibit unggul, penguatan penyuluh, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Khusus untuk pupuk sistem online, Lampung merupakan Provinsi pertama di Indonesia yang mengimplementasikannya.

“Selain itu, ada upaya yang dilakukan yakni pembangunan infrastruktur irigasi seperti pembangunan dua bendungan baru di Way Sekampung dan Marga Tiga serta revitalisasi Waduk eksisting Batu Tegi, Way Rarem dan Way Jepara guna menjamin ketersediaan air bagi lahan sawah, perkebunan dan perikanan. Pemanfaatan lahan eks galian tambang Pasir Sakti Lampung Tumur sebagai Kawasan Minapolitan dan lain sebagainya,” jelas Hamartoni.
Lebih dari itu, Hamartoni juga menyebut ada hilirisasi produk-produk pertanian melalui pengembangan Industri Agro, Klinik Pertanian Keliling, Kerjasama antara pemerintah Provinsi Lampung dengan Fakultas Pertanian Unila, Peningkatan Kerjasama Antar Daerah (Kerjasama Lampung-DKI Jakarta dalam penyediaan bahan pangan) dan Pengembangan Kawasan Pariwisata dan integrasi sektor pertanian melalui pengembangan Agrowisata.

Dengan potensi Lampung yang besar di sektor pertanian itu, Lampung berpotensi untuk menyumbang terwujudnya swasembada pangan 2045. Selama ini, perekonomian Lampung yang digerakkan oleh tiga pilar utama, yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan. Dalam PDRB Tahun 2015, ketiga sektor itu mencapai angka sebesar 31,45% (terbesar dibanding sektor lain) disusul Industri Pengolahan (18,83%) dan Perdagangan dan Reparasi Kendaraan (11,15%).
Nilai Tukar Petani Lampung di tahun 2017 (Desember) tercatat sebesar 107,35. Angka ini tertinggi di Wilayah Sumatera dan tertinggi ke-4 secara Nasional setelah Sulawesi Barat dan Jawa Barat serta NTB.

Potensi lahan sawah Provinsi Lampung seluas 400.868,5 Ha, yang terdiri dari sawah irigasi seluas 194.973 ,5 Ha dan sawah non irigasi seluas 205.895 Ha. Berdasarkan angka ramalan II 2017, Provinsi Lampung adalah penghasil beras peringkat ke tujuh se-Indonesia. “Atau dikatakan Lampung menyumbang produksi padi sebesar 4.324.445 ton GKG atau 5,32% dari total produksi padi Nasional (81.286.794 ton GKG).

Produksi padi Lampung tahun 2016 sebesar 4.020.420 ton GKG atau meningkat sebesar 10,39% dibanding tahun 2015 yaitu 3.641.767 GKG. “Produksi beras tahun 2016 tersebut setara dengan 2.355.419 ton beras. Dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi beras per kapita 105,45 kg/kapita/tahun atau total kebutuhan beras adalah 1.042.957 ton, maka tahun 2016 terjadi surplus ketersediaan beras sebesar 1.234.733 ton beras. Lalu, pada produksi jagung tahun 2017, diperkirakan mencapai 2.401.393 ton Pipilan Kering (PK) atau meningkat kurang lebih 40 % dibanding tahun 2016 sebanyak 1.720.196 ton Pipilan Kering (PK). “Provinsi Lampung memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Keunggulan komparatif Lampung dapat dilihat dari letak geografls yang strategis sebagai gerbang Sumatera dan sangat dekat dengan Jakarta,” kata Hamartoni.

Plt. Sekdaprov Lampung ini berharap kinerja Tim Pembina Upsus PZPJK Provinsi Lampung dapat ditingkatkan dan terus melakukan koordinasi dengan Tim Percepatan Pembangunan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (TP4K) Provinsi Lampung serta mengoptimalkan fungsi dan peran Penyuluh Pertanian, POPT, PBT, dan petugas lapangan lainnya.

Selain itu harus pula mendukung pelaksanaan pengawalan/pendampingan oleh TNI, Satgas Pangan, dan Tim Sergap, meningkatkan kerjasama dengan BPS dalam pengumpulan data, pelaporan, dan publikasi luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan.

“Pemprov berharap Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota bersama seluruh stakehoders harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam mendukung upaya pencapaian sasaran produksi yang telah ditetapkan dan melakukan percepatan pelaksanaan program kegiatan Tahun Anggaran 2018 sehingga segera dapat dimanfaatkan oleh para pelaku utama,” ujar Hamartoni.

Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian RI, Justan Riduan Siahaan menjelaskan manajemen akuntabilitas monitoring Luas Tambah Tanam (LTT). Justan mengatakan bahwa pada evaluasi progres capaian LTT Provinsi Lampung per 19 Januari 2018 mencapai total 50.615 dari target 106.777 dengan persentase 47,40%.

“Kabupaten dan kecamatan mempunyai tanggung jawab masing-masing wilayah.
Pada prinsipnya mereka harus mempunyai historis, apa yang diukur pada saat itu. Kepala dinas dan pembina kabupaten juga menugaskan mengukur detail setiap minggu dan mereka nanti yang memberikan data, mengcounter kekita benar atau tidak, lalu kita rekonsiliasi data masing-masing kabupaten dengan Badan Pusat Statistik (BPS),” ujarnya. Justan mengatakan Inspektorat Jenderal selalu berpegang teguh dalam membudayakan 5.B yakni Beribadah, Bekerja, Belajar, Berkarya dan Berbagi.

Pada acara rapat koordinasi tersebut, Sekdaprov Hamartoni memberikan penghargaan kepada Penyuluh PNS Teladan, Gapoktan Berprestasi, Petani Berprestasi dan BP3K Berprestasi yang telah berperan aktif memajukan sektor pertanian. Provinsi Lampung mendapatkan prestasi sebagai Penyuluh PNS teladan Tingkat Nasional dan Gapoktan berprestasi Tingkat Nasional. Keberhasilan prestasi para penyuluh tersebut akan menjadi salah satu faktor pengungkit dalam pencapaian target-target pembangunan pertanian ke depan. (Rls/JF)