Scroll untuk membaca artikel
Peristiwa

Selangkah Lagi KH Ahmad Hanafiah dan Gele Harun Jadi Pahlawan Nasional

88
×

Selangkah Lagi KH Ahmad Hanafiah dan Gele Harun Jadi Pahlawan Nasional

Share this article
SELANGKAH LAGI : KH Ahmad Hanafiah dan Mr. Gele Harun Nasution, dua putra terbaik Lampung dalam proses penetapan sebagai pahlawan nasional. (Foto Kolase)

BANDARLAMPUNG – Dua putra daerah terbaik Provinsi Lampung KH Ahmad Hanfiah dan Gele Harun selangkah lagi akan diakui dan dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Menyusul persetujuan Tim Penilai dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) Kementerian Sosial (Kemensos) atas usulan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi untuk penganugerahan KH Ahmad Hanafiah dan Gele Harun sebagai pahlawan nasional.

Penegasan ini disampaikan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Lampung Aswarodi usai pertemuan antara TP2GP dan Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim. Disebutkan Pemprov Lampung telah mengusulkan penganugerahan KH Ahmad Hanafiah dan Gele Harun Nasution sebagai pahlawan nasional dari Lampung.

Usulan sesuai dengan Surat Gubernur Lampung No: 465/0268/V.07/B.III/2023, tanggal 20 Januari 2023. Berkas usulan pahlawan nasional KH Ahmad Hanafiah akan segera dinaikkan ke Dewan Gelar Pusat (DGP).

TP2GP  sudah tiba di Provinsi Lampung untuk melakukan verifikasi lapangan terhadap usulan tersebut. Selanjutnya hasil dari TP2GP diteruskan kepada DGP.

Selain berkas KH Ahmad Hanafiah bahwa TP2GP jauh-jauh harti sudah menyetujui berkas Gele Harun Nasution untuk ditetapkan sebagai hero of nation.

“Pak gubernur peduli dan telah mendorong agar berkas Gele Harun bisa diteruskan dan alhamdulillah berkasnya disetujui juga,” katanya.

Pemprov Lampung sangat berharap, kedua putra terbaik Sai Bumi Ruwa Jurai ini bisa dinobatkan menjadi pahlawan nasional saat peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023.

Kini pemerintah daerah tengah menggencarkan sosialisasi literasi narasi terkait kiprah dua tokoh ini.

Siapa KH Ahmad Hanafiah ?

Kiai Haji Ahmad Hanafiah lahir di Sukadana, tahun 1905. Putra sulung KH Muhammad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana. Tercatat sebagai ponpes pertama di jaman penjajahan Belanda.

Selain kepada ayahnya. Beliau belajar agama Islam di sejumlah pondok pesantren di luar negeri, seperti di Malaysia dan Mekah maupun Madinah. Semenjak umur lima tahun, Ahmad Hanafiah sudah khatam membaca Al- Quran.

Setelah sempat mengabdi menjadi guru Agama Islam dari tahun 1920-1925, Ahmad Hanafiah melanjutkan pendidikan ke Pesantren Kelantan Malaysia, dari tahun 1925-1930.

Hanafiah mulai dewasa dan memutuskan melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke Mekah. Selanjutnya menuntut ilmu di Masjidil Haram hingga tahun 1936.

Lantas di pulang ke Lampung. Selain menjadi tokoh agama, beliau adalah seorang pedagang ulung. Di masa agresi militer Belanda. Ahmad Hanafiah memimpin pertempuran melawan Belanda.

Siapakah Gele Harun ?

Ditelusuri dari namanya, Gele Harun Nasution jelas berdarah Batak. Lahir di Sibolga, pada 6 Desember 1910, dengan ayah seorang dokter bernama Harun Al-Rasyid Nasution,.

Di usia 20 tahunan, atau sekira pertengahan dekade 1930, Gele Harun muda berkesempatan melanjutkan studi ke sekolah hakim tinggi di Leiden, Belanda. Sebagai pribumi terpelajar, Gele Harun memeroleh gelar meester in de rechten (Mr).

Sekira menjelang 1939, Gele Harun kembali ke Lampung dan membuka kantor bantuan hukum pertama di daerah itu. Sejak 1942, ia ditunjuk sebagai Ketua Pengadilan Negeri Tanjungkarang hingga 1947.

Kondisi perang yang dimulai tidak lama setelah Indonesia merdeka seiring masuknya Belanda membuat Gele Harun terlibat langsung dalam kancah pertempuran. Ia memimpin Angkatan Pemuda Indonesia (API) di Palembang kendati masih menjabat Ketua Mahkamah Tentara Sumatera Selatan yang diembannya sejak 1947.

Dia memimpin perang gerilya melawan Belanda. Hinga akhirnya ditetapkan menjadi Residen Lampung. Jabatan ini diemban hingga 7 Oktober 1955. Setelah itu, Gele Harun ke Jakarta untuk menempati posisi sebagai anggota Dewan Konstituante. Sejak 1965, Gele Harun akhirnya masuk parlemen.

Dia tercatat menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) sekaligus Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPR-S) mewakili Fraksi Partai Nasional Indonesia atau PNI.

Setelah masa jabatannya usai pada 1968, ia pulang ke Lampung dan kembali menekuni profesi sebagai advokat, hingga wafat pada 4 April 1973 dalam usia 62. Tepatnya pada 10 November 2015, Gele Harun Nasution, ditetapkan sebagai Pahlawan Daerah Lampung. Ragam upaya mengusulkan kepada pemerintah pusat agar menjadi Pahlawan Nasional belum membuahkan hasil.

Ada setitik cahaya di era Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, mudah-mudahan baik Mr. Gele Harun dan KH Ahmad Hanafiah mampu dinobatkan sebagai pahlawan nasional. (*)