JIKALAU kutukan yang dilontarkan secara keras oleh Menteri BUMN Erick Thohir mampu memadamkan dan mencegah kebakaran ratusan hektar hutan di Taman Nasional Way Kambas (TN WK), Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, tentu kami akan meminta putra asal Lampung ini menyampaikan kutukan terus menerus.
Jika kutukan pria dari trah pebisnis hebat di Indonesia ini manjur, kami akan memintanya mengutuk setiap peristiwa agar keadaan menjadi baik. Sayang, bukan cuma kutukan yang dibutuhkan. Perlu kerja nyata daripada sekadar mengutuk.
Menteri BUMN mengutuk keras tindakan pembakaran hutan TNWK, Lampung Timur oleh pemburu liar. “Mengutuk keras perusakan, pembakaran, dan pembunuhan hewan dengan sengaja di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Berdoa untuk keselamatan semua hewan di sana, termasuk bayi badak Sumatera yang baru lahir beberapa waktu lalu,” tulis Erick di laman Ig miliknya.
Semua orang waras dengan akal sehat tentu merasa kesal dan marah atas peristiwa kebakaran sedikitnya 200 hektar lahan TNWK. Semua orang tentu meluapkan kekesalan dengan melontarkan kutukan kepada para pelaku pembakaran dan lambatnya antisipasi pencegahan kebakaran hutan.
Namun sayang, kutukan ini bukanlah solusi dan tidak membawa perubahan apa-apa. Apakah setelah kutukan ini para pemburu liar akan insyaf dan tobat? Oh, belum tentu. Karena memang perilaku pemburu liar setiap musim kemarau memang begitu.
Atau apakah setelah ini para polisi kehutanan bersama pamong desa akan semakin gencar melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan. Oh, tidak semudah itu?
Bagaimana dengan aparat penegak hukum (APH)? , Apakah dalam sekejap akan turun keluar masuk desa untuk menangkapi pemburu liar? Oh, jangan terlalu berharap banyak.
Padahal identifikasi para pemburu liar sangatlah mudah. Pamong desa, mulai kepala dsesa, sekretatis, kepala dusun, kepala lingkungan, ketua RW dan ketua RT. Termasuk pula Bhabinkamtibmas, Babinsa, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda sangatlah tahu setiap profesi warganya.
Termasuk sangatlah tahu yang memiliki profesi pemburu liar, tahu pula siapa saja yang memiliki bedil a.k.a pistul locok. Permasalahannya, tidak ada itikad serius untuk melakukan pencegahan.
Pelaku Masih Diburu
Sebelumnya, Humas Taman Nasional Way Kambas, Sukatmoko, mengatakan sejumlah satwa yang mati kondisi tidak bisa dikenali. “Tidak ada satwa besar yang mati, namun ada beberapa satwa kecil seperti trenggiling dan ular kami temukan mati. Ada juga beberapa satwa lainnya yang kondisi hanya sisa tulang belulang saja,” kata Sukatmoko.
Pihaknya memastikan penyebab terbakarnya 200 hektare lahan di TNWK karena ulah pemburu liar yang sengaja membakar lahan untuk memasang perangkap. “Pemburu liar sengaja membakar karena nantinya memudahkan mereka untuk memasang perangkap ketika rerumputan liar mulai tumbuh kembali,” ujarnya.
Kini Taman Nasional Way Kambas bekerja sama dengan TNI-Polri untuk memburu para pelakunya.
“Iya kami bekerja sama melakukan penyelidikan terkait aktifitas pembakaran yang dilakukan oleh para pemburu ini. Kami bekerja sama dengan TNI-Polri tentunya,” kata Sukatmoko. (*)