Scroll untuk membaca artikel
BandarlampungEvent

ZABIDI & YANA : Jawara Sayembara Menulis Puisi & Esai Sastra DKL 2021

25
×

ZABIDI & YANA : Jawara Sayembara Menulis Puisi & Esai Sastra DKL 2021

Share this article
TERBAIK : Zabidi Yakub menjadi jawara Sayembara Lomba Puisi Berbahasa Lampung DKL Tahun 2021.

BANDAR LAMPUNG – Penyair Lampung Zabidi Yakub dengan puisi, “Sampian” menjuarai penulisan puisi berbahasa Lampung dalam Sayembara Menulis Puisi Berbahasa Lampung dan Esai Sastra 2021, yang ditaja Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL).

Untuk esai sastra Yana Risdiana dari Bandung dengan judul “ Pemertahanan Subjek Lirik di Tengah Kematian Bahasa: Membaca Puisi ‘Epigram Cinta’ Karya Ahmad Yulden Erwin”   keluar sebagai juara satu.

DARI JAWA BARAT : Yana Risdiana, penulis dari Jawa Barat memenangkan Sayembawa Esai Sastra DKL Tahun 2021

Untuk Zabidi Yakub berhak atas hadiah berupa uang Rp3 juta dan Yana meraih uang Rp3,5 juta. Keduanya juga mendapatkan buku antologi.

Tiga Dewan Juri Puisi Berbahasa Lampung yakni Ketua Akademi Lampung Anshori Djausal, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung FKIP Universitas Lampung Iqba l Hilal, dan dosen sastra FKIP Unila Yinda Dwi Gustira sempat kesulitan menentukan pemenang.

Namun puisi “Sampian” karya Zabidi Yakub berhasil mencuri hati, karena menghadirkan situasi psikis masyarakat melalui imaji sampian¸ yaitu tempat menjemur cucian pakai, menggantungkan barang atau sesuatu.

“Melalui Sampian, ia (Zabidi Yakub) berhasil menyindir  kita untuk lebih konsisten menjalankan kehidupan sesuai dengan peran masing-masing agar tidak terjadi konflik kepentingan. Terbuat dari bahan apa pun, sampian tetap berfungsi sama untuk mengeringkan pakaian yang dicuci atau sekadar tempat menggantung barang atau sesuatu,” kata Anshori Djausal.

Dewan Juri juga menetapkan  Yunita Fitri Yanti dari Bandar Lampung dengan puisi “Bupengatu di Bulan Bagha” sebagai juara kedua dan Djuhardi Basri dari Kotabumi, Lampung Utara dengan puisi “Lappung di Lem Wo Episode” juara ketiga.

Lalu, juara harapan diraih Oky Sanjaya (Bandar Lampung) dengan puisi “Ruwahan”,  Herry Albar Z (Pesisir Barat) dengan judul puisi “Sutekha Jadi Ampin”, dan Zainudin Hasan (Bandar Lampung) dengan judul “Ngiram”.

Untuk esai sastra, Dewan Juri sastrawan Iwan Nurdaya Djafar, dosen sastra Unila Kahfie Nazaruddin, dan sastrawan Ahmad Yulden Erwin menetapkan Aan Arizandy (Lampung Selatan) dengan judul esai “Bebacaan, Modernitas, dan Tradisi Diskursif: Merawat dan Meruwat Warisan Tradisi Lisan Lampung yang Terabaikan” juara kedua dan Meurah Dani (Bandar Lampung) dengan judul esai “Peri Kecil di Sungai Nipah: Terorisme Negara Orde Baru dalam Sebuah Prosa” juara ketiga.

Sedangkan Solihin Utjok (Metro) dengan esai “Puisi dan Spiritualisme Penyair Lampung: Sebuah Analisis Subyektif”, Zabidi Yakub (Bandar Lampung) dengan esai “Merindu Negeri Ujung Pulau, Negeri Para Penyair”, dan Adi Setiawan (Metro) dengan “Menyetek Sastra dengan Sejarah Lampung” meraih juara harapan.

Selain pemenang, Dewan Juri memilih 44 nomine puisi berbahasa Lampung dan 19 nomine esai sastra. “Karya-karya pemenang dan nomine akan dibukukan dalam dua antologi, yaitu antologi puisi berbahasa Lampung dan antologi esai,” kata Ketua Komite Sastra DKL Udo Z Karzi.

Kepada pemenang dan nomine, kata Udo, akan diberi buku antologi yang saat ini sedang dalam proses editing. Selain buku antologi, juara 1 menulis esai sastra diberikan uang tunai Rp3,5 juta, juara 2 Rp2,5 juta, juara 3 Rp1,5 juta, dan tiga juara masing-masing Rp300 ribu. Untuk pemenang menulis puisi berbahasa Lampung juara 1 uang Rp3 juta, juara 2 Rp2 juta, juara 3 Rp 1 juta, dan tiga juara harapan masing-masing Rp250 ribu.

Udo menjelaskan, kedua antologi yang diterbitkan akan diluncurkan dan dibedah bulan September 2021 yang waktu dan teknisnya akan ditentukan kemudian. “Untuk para pemenang dan nomine dimohon untuk melengkapi biografi yang ditulis naratif (bukan: biodata). Khusus para pemenang dimohon untuk mengirimkan nomor rekening bank ke panitia.” (hst/rls)

 

Berikut daftar lengkap pemenang dan nomine Sayembara Menulis Puisi Berbahasa Lampung dan Esai Sastra:

 PUISI BERBAHASA LAMPUNG

Juara 1 : Zabidi Yakub (Bandar Lampung) puisi: “Sampian”

Juara 2 : Yunita Fitri Yanti (Bandar Lampung) puisi “Bupengatu di Bulan Bagha”

Juara 3 : Djuhardi Basri (Kotabumi, Lampung Utara) puisi “Lappung di Lem Wo Episode”

 

Juara Harapan

  • Oky Sanjaya (Bandar Lampung) puisi “Ruwahan”
  • Herry Albar Z (Pesisir Barat) puisi “Sutekha Jadi Ampin”
  • Zainudin Hasan (Bandar Lampung) puisi “Ngiram”

44 nomine (alfabetis)

  • Aan Arizandy (Kalianda, Lampung Selatan) – Korona Toa Khik Nyawa
  • Aan Utara (Kotabumi, Lampung Utara) – Taduk
  • Ade Siska (Bandar Lampung) – Debingi di Lorong
  • Adi Setiawan (Metro) – Kesatriya Anjak Teluk Semaka
  • Adisti Zakia Putri (Lampung Selatan) – Getta Ya Lebon
  • Ahmadi Pahlewi (Liwa, Lampung Barat) – Liwa, Tanoh sai Nyegok Gumah Cerita
  • Ahmad Matin Fauzi (Bandar Lampung) – Selamat Khatong Subu
  • Ahmad Risdi (Way Kanan) – Semu
  • Andriansyah (Pesawaran) – Nyambai
  • Andi Deswandi (Tanggamus) – Waktu Khik Halinu
  • Ariani Rosa Lesmana (Liwa, Lampung Barat) – Lehot-Mu
  • Arif Sufyan (Lampung Tengah) – Kubeu Pering
  • Badar Rohim (Pesawaran) – Bahasa Lampung Sa
  • Bahrun Saputra (Lampung Tengah) – Lamunan Direi Durjano Tuho
  • Diandra Natakembahang (Bandar Lampung) – Kahut Mamak Inut
  • Edi Purwanto (Bandar Lampung) – Way Malaya
  • Elly Dharmawanti (Krui, Pesisir Barat) – Bulipang Neram Kundang
  • Faris Al Faisal (Indramayu, Jawa Barat) – Sajak Way Kisahmo
  • Fathurrohman (Bandar Lampung) – Dilom Dekopan Piil Pesenggikhi
  • Fauzie PS (Bandar Lampung) – Ngegambagh Jampal
  • Gusti Prida Gumala (Bandar Lampung) – Halinuna Mekhidu Nakhi di Tundunmu
  • Hazizi (Bandar Lampung) – Tundun Alu
  • Hendriyadi (Tanggamus) – Bakas Semanda
  • Ilham Nawari (Kalianda, Lampung Selatan) – Biyakni Badan
  • Iskandar Muharam (Bandar Lampung) – Tiram
  • Isokuyoiki (Metro) – Pantun Pilu Sanak Kikim
  • Kemala Raja (Liwa, Lampung Barat) – Pujama di Kuta Batu
  • Laila Mayasari (Way Kanan) – Telu Bebai Hibatku
  • Lain Kehaga (Tanggamus) – Wasiat Tamong
  • Melisa (Lampung Barat) – Handphone lawan Pemuda
  • M Wiratama Albarizi (Way Kanan) – Wangga Cukhup Kekhita
  • Muhammad Fasya Wiranata (Pesawaran) – Ajoya Lampungku
  • Nur Choironi (Bandar Lampung) – Corona
  • Nurmida (Tanggamus) – Kahutku
  • Nurzain (Kotabatu, Sumatera Selatan) – Kulhu Idul Fitri
  • Puspakirti (Lampung Barat) – Batu Kebayan
  • Putra Niti Galih Prakoso (Liwa, Lampung Barat) – Tighamku jama Niku
  • Semacca Andanant (Tangerang) – Rekut Manuk
  • Sinta Bela (Kotabumi, Lampung Utara) – Vighus Corona
  • The Pat Zura (Lampung Barat) – Nyak Dibingi Alengka
  • Titin Ulpianti (Lampung Barat) – Sketsa Ingokan
  • Tuah Subing (Lampung Tengah) – Ngehabo Sayan
  • Yosep Arizandi (Kotabumi, Lampung Barat) – Ngiram, Ino Ho Tano Muwak Lagei
  • Wahyu Hidayat (Lampung Utara) – Balik

 

ESAI SASTRA

Juara 1 : Yana Risdiana (Bandung) – Pemertahanan Subjek Lirik di Tengah Kematian Bahasa: Membaca Puisi “Epigram Cinta” Karya Ahmad Yulden Erwin

Juara 2 :  Aan Arizandy (Lampung Selatan) – Bebacaan, Modernitas, dan Tradisi Diskursif: Merawat dan Meruwat Warisan Tradisi Lisan Lampung Yang Terabaikan

Juara 3  : Meurah Dani (Bandar Lampung) – Peri Kecil di Sungai Nipah: Terorisme Negara Orde Baru dalam Sebuah Prosa

Juara Harapan

  • Solihin (Metro) – Puisi dan Spiritualisme Penyair Lampung: Sebuah Analisis Subyektif
  • Zabidi Yakub (Bandar Lampung) – Merindu Negeri Ujung Pulau, Negeri Para Penyair
  • Adi Setiawan (Metro) – Menyetek Sastra dengan Sejarah Lampung

19 Nomine (alfabetis)

  • Akhmad Idris (Surabaya) – Gaya Bahasa Arman AZ dalam Berkisah: Sindiran sebagai Wujud Kepedulian
  • Alexander Robert Nainggolan (Tangerang) – Indonesia Mini dalam Puisi
  • Bambang Widiatmoko (Bekasi) – Jalur Sastra Lampung
  • Efrial Ruliandi Silalahi (Jakarta Timur) – Mencari Kesusastraan Ke-Lampung-an
  • Eko Prasetyo (Way Kanan) – Romantisme Kosmik Lampung
  • Eko Sugiarto (Yogyakarta) -Memaknai Hakikat Pulang Kampung Lewat Cerpen “Mudik” karya Isbedy Stiawan ZS
  • Eli Purwanti (Metro) – Nyambuk Temui Makai Paradinei
  • Endri Y. (Bandar Lampung) – Kanon Sastra Lampung: Sosiologi Sastra atas Novel ‘Negarabatin’ dan Puisi ‘MDMD’ Karya Udo Z Karzi
  • Fajar Mesaz (Mesuji) – Udo Z Karzi dan Seribu Jalan Sastra Berbahasa Lampung
  • Febrie Hastiyanto (Tegal) – Strategi Diseminasi Sastra Bahasa Lampung
  • Hening Nugroho (Yogyakarta) – Sastra Pepaccur dalam Bingkai Keanekaragaman Indonesia
  • Ismi Ramadhoni (Way Kanan) – Perjalanan Sunyi Udo Z. Karzi
  • Kurnia Effendi (Jakarta Timur) – Sastra Lampung dan Sebentang Harapan
  • Mujiatun (Way Kanan) – Melestarikan Karya Sastra Daerah Lampung Melalui Literasi Digital
  • Nicolaus Heru Andrianto (Lampung Selatan) – Sentuhan Sastra bagi Dunia Pendidikan di Bumi Ruwa Jurai
  • Nur Fatimah (Lampung Selatan) – Peran Pemuda dalam Mempertahankan Budaya Lampung
  • Rendi Deswantoni (Pesawaran) – Di Kedo Biduk Teminding, Di San Wai Tenimbo
  • A. Kumbono (Bandar Lampung) – Semakin Lampung Semakin Indonesia
  • Zainudin Hasan (Bandar Lampung) – Media Sosial sebagai Sarana Pelestarian Sastra Pisaan