Scroll untuk membaca artikel
Featured

Geliat Sekolah Adat Arus Kualan : Perjalanan Melestarikan Budaya, Memberdayakan Masa Depan di Hari Masyarakat Adat Internasional

9
×

Geliat Sekolah Adat Arus Kualan : Perjalanan Melestarikan Budaya, Memberdayakan Masa Depan di Hari Masyarakat Adat Internasional

Share this article
melestarikan adat dan alam sekitar

Tentang Sekolah Adat Arus Kualan

kegiatan belajar di sekolah adat arus kualan

Didirikan pada tahun 2014, Sekolah Adat Arus Kualan adalah sistem pendidikan informal di provinsi Kalimantan Barat Indonesia, khususnya di daerah Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, dengan fokus utama untuk menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda. Program ini beroperasi pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, melayani siswa yang bersekolah setelah sekolah formal atau secara eksklusif mendaftar di Sakolah Adat. Kegiatan outdoor mendominasi kurikulum, meliputi pengajaran obat tradisional, memasak berbahan dasar bambu, identifikasi tumbuhan hutan, dan partisipasi dalam permainan adat. Kunjungan ke rumah sesepuh untuk belajar dari narasi mereka berkontribusi pada pengayaan budaya siswa.

Selanjutnya, sekolah memperluas pengaruhnya di dalam ruangan, menawarkan pelajaran literasi, musik tradisional, tarian, lagu, dan kerajinan tangan, termasuk produksi pakaian tradisional. Kelas bahasa Inggris dan kegiatan mewarnai juga diintegrasikan ke dalam program. Lembaga ini memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya Indonesia yang kaya, menjembatani masa lalu dan masa kini dengan menumbuhkan apresiasi terhadap praktik dan kearifan tradisional di kalangan generasi muda.

Selama satu dekade terakhir, Arus Kualan telah menyaksikan minat yang meningkat dalam misinya, dengan sekitar 350 siswa yang tercatat dari tahun 2014 hingga 2023. Saat ini, sekitar 168 siswa berpartisipasi aktif dalam program transformatif sekolah. Sakolah Adat Arus Kualan berfungsi sebagai platform yang unik, menghubungkan siswa dengan para tetua yang berpengetahuan dan menumbuhkan rasa identitas yang mengakar sebagai individu pribumi, sambil mempromosikan kualitas kecerdasan, disiplin, martabat, dan kreativitas dalam melestarikan warisan leluhur mereka. (*)