BAKAUHENI : Ratusan warga tiga desa di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan memiliki hobi baru yakni jarang mandi. Penyebabnya sangat mencengangkan.
Sejak satu bulan terakhir, warga di Desa Bakauheni, Kelawi, dan Hata memilih mengurangi intensitas mandi. Padahal cuaca sedang panas hingga memicu gerah dan banyak keringat.
Intensitas mandi terpaksa dikurangi, hanya untuk momen-momen tertentu saja. Hal ini disebabkan karena kemarau panjang efek fenomena el nino.
Masyarakat di sana mengalami kelangkaan air bersih. Sumber air bersih dari sumur – sumur konvensional dan bor sudah lama kering, tak mampu mengeluarkan air lagi.
“Alhamdulillah masih dapat bantuan air bersih. Kami utamakan untuk digunakan kebutuhan yang lebih penting seperti air minum, dan cuci,” jelas Uno, warga Bakauheni.
Untuk diketahui, kemarau tahun 2023 ini menjadi musim panas terparah karena sampai membuat sumber air bersih kekeringan.
“Untuk mandi ala kadarnya. Tapi memang kebanyakan jarang mandi. Itulah hobi baru kami,” jelasnya.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Lampung Selatan, mengirimkan pasokan air bersih. Dengan bantuan personel Polres Lampung Selatan dua armada pemadam kebakaran dikirimkan.
Pembagian air diarahkan di lokasi paling parah terdampak kekeringan seperti Dusun Kayu Tabuh, Desa Kelawi.
Mereka bersemangat menampung pasokan air menggunakan drum plastik, jeriken, dan ember.
“Harus kerja keras sedikit, ngunjal air bersih,” sambung Minan.
Pengambilan air tidak dibatasi sejauh memenuhi kebutuhan terutama konsumsi minum dan memasak. Pasokan air juga dimanfaatkan untuk mandi serta mencuci.
Kabid Damkar Lampung Selatan Rully Fikriansyah memastikan sangat responsif atas keluhan warga. Pihaknya didukung PDAM Tirta Jasa mengirimkan pasokan air bersih di Kecamatan Bakauheni sebanyak dua tangki masing-masing berkapasitas 4.500 liter.
“Kami terus berupaya mengedepankan pengiriman air bersih di lokasi-lokasi rawan kekeringan,” jelasnya.
Kekeringan di Lamsel Meluas
Sebelumnya diberitakan sejumlah kecamatan di, Kabupaten Lampung Selatan juga mengalami hal serupa. Sejumlah desa sudah lebih awal mengalami kekeringan.
Desa-desa tersebut merupakan langganan kekeringan berada di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Sidomulyo, Bakauheni, Ketapang, Palas, Candipuro, Natar, dan Kecamatan Jati Agung.
Kejadian merata ini dinilai sebagai salah antisipasi penanganan oleh kepala daerah. Pemkab Lamsel tidak responsif dan gagap menilai dan menghadapi fenomena el nino.
Masalah lainnya adalah banyak lahan sawah dan palawija di Lampung Selatan mengalami gagal panen. Dampaknya menjadi berantai karena minimnya pasokan panen menjadikan harga beras melambung tinggi.
Di sejumlah lokasi harga beras dijual mulai Rp13 ribu sampai Rp15 ribu perkilogram.
“Kami kesulitan pasokan gabah. Selain gagal panen, banyak petani menjual langsung kepada perusahaan penggilngan padi skala besar,” jelas Nurmantio. (*)