Scroll untuk membaca artikel
EventFeatured

Tiga Film Wakili Lampung Ke Pentas Nasional

26
×

Tiga Film Wakili Lampung Ke Pentas Nasional

Share this article
SELAMAT : Kakanwil Kemenag Lampung Puji Raharjo menyerahkan hadiah kepada juara 1 KFPI 2022 kepada Sutradara Film Pejuang Surga dari SMKN Purbolinggo, Lampung Timur. (Foto Hendarto Setiawan)

BANDARLAMPUNG – Hajat apresiasi terhadap insan film bertajuk Kompetisi Film Pendek Islami Tahun (KFPI) 2022 memasuki penjurian tingkat provinsi. Dari Lampung, sedikitnya 53 karya film masuk ke meja panitia. Jumlah ini, menempatkan Lampung sebagai provinsi dengan karya film terbanyak se-Indonesia.

Selama dua hari, enam dewan juri yakni Kabid Penaisberzawa Kemenag Lampung Erwinto, NK Dewi dari Kemenag Pusat, Dede Safara (Dewan Kesenian Lampung) Iswadi Pratama mewakili unsur Seniman, Oktavian Aditya Praktisi IT dan Hendarto Setiawan dari unsur televisi lokal melakukan penilaian secara mendalam.

Terdapat lima unsur penilaian meliputi ide cerita, kekuatan pesan, teknik sinematografi, alur, dan kreatifitas. Melalui penilaian maraton dan perdebatan sengit dalam rapat pleno juri.

Akhirnya ditetapkan enam film terbaik di tingkat provinsi Lampung. Tiga film peringkat teratas berhak mewakili Lampung ke ajang nasional yang dihelat Agustus mendatang.

BERGAIRAH : Iklim perfilman di Provinsi Lampung harus dirawat dan dijaga untuk menghasilkan klarya sineas berkualitas. (Foto Hendarto Setiawan)

Adalah film berjudul Pejuang Surga dari SMK Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur yang mencuri hati dewan juri. Film ini menceritakan sosok teladan seorang ayah, rela melakukan apa saja demi membahagian anaknya. Termasuk berutang kepada rentenir untuk membelikan ponsel sang anak.

Ide cerita dan alur film cukup menarik, ditampilkan sederhana dan mudah dicerna. Begitu juga dengan mimik pemeren utama.

”Jika dibandingkan film teratas, Pejuang Surga ini lebih baik,” ujar Ketua Dewan Juri Dede Safara di sesi penjurian.

Diperingkat kedua adalah Tasamuh. Garapan anak anak SMA Negeri 2 Kota Agung ini dari teknik senimatografi mampu memanjakan penonton. Namun dari unsur cerita seharusnya masih bisa optimal.

”Film pendek Islami ini merupakan angin segar bagi moderasi agama, di tengah gempuran konten konten wasting (kosong atau sia-sia,Red) yang ada di ragam platform multimedia,” kata Kakanwil Kemenag Lampung Puji Raharjo.

Raharjo mengajak para sineas ini untuk terus berlatih, berkreasi membuat film Islami. ”Jangan berhenti di sini. Ada kesempatan luas bagi generasi milenial untuk berkreasi,” sambunya.

Dewan juri memiliki catatan khusus untuk mendongkrak kualitas garapan film. Agar mendapatkan film bermutu harus diberikan pembekalan keahlian, baik secara teknis penggarapan, penulisan naskah, pemeranan, pembentukan karakter dan sejenisnya. (TIM)