Scroll untuk membaca artikel
Featured

Geliat Sekolah Adat Arus Kualan : Perjalanan Melestarikan Budaya, Memberdayakan Masa Depan di Hari Masyarakat Adat Internasional

64
×

Geliat Sekolah Adat Arus Kualan : Perjalanan Melestarikan Budaya, Memberdayakan Masa Depan di Hari Masyarakat Adat Internasional

Share this article
melestarikan adat dan alam sekitar

RADARTVNEWS.COM – Setiap tanggal 9 Agustus diperingati sebagai Hari Masyarakat Adat Internasional yang juga dikenal dengan International Day of the World’s Indigenous Peoples.

Pada peringatan Hari Masyarakat Adat Internasional Tahun 2023 ini dilansir situs resmi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, Hari Masyarakat Adat Internasional 2023 mengusung tema “Indigenous Youth as Agents of Change for Self-determination” atau “Pemuda Adat sebagai Agen Perubahan untuk Penentuan Nasib Sendiri”. Ada tiga sub tema Hari Masyarakat Adat Internasional 2023, yakni Climate Action and the Green Transition (Aksi Iklim dan Transisi Hijau), Mobilizing for Justice (Mobilisasi untuk Keadilan) dan Intergenerational connections (Koneksi antargenerasi).

 

Guna melihat sejauh apa upaya menjaga dan melestarikan adat, terdapat salah satu sekolah adat yang terus berupaya menjaga dan melestarikan adat masyarakat dengan mengenalkan adat kepada generasi pewarisnya sekaligus berupaya melestarikan hutan.

Di atas tanah Kalimantan Timur yang subur, masih ada harapan bagi masyarakat adat menghadapi tantangan lenyapnya hutan.

 

Di Sekolah Adat Arus Kualan, alam adalah guru yang dihormati, dan proses belajar dipadukan dengan upaya menjaga budaya Dayak.

Saat masyarakat Dayak bergulat dengan ancaman kehilangan hutan, Arus Kualan muncul sebagai kekuatan yang memberdayakan anak-anak, seperti Selsi dan Elis untuk menjadi pewaris budaya. Perjalanan kehidupan mereka menggambarkan dampak besar pendidikan dalam membentuk masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.

Selsi, 12 tahun, telah menemukan minatnya dalam mengajar seni memainkan Sampe, alat musik tradisional suku Dayak.

 

Di luar musik, dia juga mengajarkan berbagai permainan kuno dan seni tenun tradisional yang rumit. Dengan antusias, Selsi mengungkapkan, “Arus Kualan telah memberi saya kesempatan untuk belajar tentang budaya saya dan menginspirasi orang lain untuk merangkul tradisi kami. Saya sangat senang melihat teman-teman mempelajari dan melestarikan warisan kami.”

Sedangkan Elis, 14 tahun, yang memiliki ikatan leluhur yang kuat, memiliki hasrat besar dalam melestarikan ilmu pengobatan tradisional. Terinspirasi dari neneknya, yang juga anggota masyarakat adat Dayak, Elis dengan penuh semangat menjalani peran sebagai tabib.

Selain itu, kefasihannya dalam bahasa Inggris membentuknya menjadi duta budaya. Ia selalu menyambut tamu dari negara lain dengan hangat dan memandu mereka menyaksikan keajaiban Arus Kualan. “Saya ingin menjembatani kesenjangan antara warisan budaya kami dan dunia. Dengan berbagi pengetahuan tentang pengobatan dan seni tradisional, kami dapat menciptakan apresiasi yang lebih dalam terhadap identitas kami,” ujar Elis.

Didirikan pada tahun 2014, cabang sekolah tradisional Arus Kualan tersebar di seluruh Kalimantan Timur sebagai mercusuar pelestarian budaya. Sekolah ini membentuk komunitas pelajar yang beragam yang ingin melestarikan warisan Dayak.

Berakar pada keyakinan bahwa kearifan lokal adalah kunci dalam mempertahankan warisan budaya, lembaga pendidikan nonformal ini menanamkan seni tari, musik, dan kerajinan tradisional kepada para siswanya.

 

Berpijak pada filosofi “alam raya adalah sekolah dan setiap orang adalah guru,” Arus Kualan merangkul pelajar dari segala usia.