RADARTV : Jikalau uang anda kerap hilang di rumah, meski sudah disimpan dengan cara aman. Uang dalam jumlah tertentu, hanya hilang hitungan selembar, dua lembar atau lebih dalam waktu sekejap. Apakah dicuri jin, tuyul atau apalah namanya itu.
Seperti dikisahkan Amir (bukan nama sebenarnya). Salah satu warga Bandarlampung ini sejak tiga bulan terakhir kerap gusar dan marah. Beberapa kali, dia mengalami kehilangan uang di rumahnya sendiri. Nilainya tidak besar, selembar, atau dua lembar uang pecahan Rp100 ribu atau Rp50 ribu.
Dia pernah bertengkar hebat dengan istrinya, karena disangka sudah mengambil uang diam-diam. Padahal uang itu sejatinya akan diberikan sebagai nafkah bulanan dan uang belanja. Seperti biasa, karyawan swasta ini usai gajian via transfer, mengambil uang tunai dari gaji melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
”Malam hari sebelum pulang saya ambil uang tunai di ATM Rp1 juta. Paginya, saat hendak saya berikan kepada istri uang tinggal Rp900 ribu,” ujarnya dengan nada gusar.
Lain hari, uang tunai dalam dompet yang dibawa pulang untuk membeli keperluan sebesar Rp600 ribu tiba-tiba hilang selembar. Ketika dompet buka hanya menyisakan Rp500 ribu.
Masalah kehilangan uang, atau hata benda ini dijawab tuntas oleh Ustadz Ammi Nur Baits. Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com ini menyatakan turut merasakan kesedihan atas musibah dialami. Namun apapun itu, kita perlu tanamkan dalam hati bahwa semua bentuk kesedihan, musibah, dsb, yang dialami setiap muslim, pasti akan Allah jadikan kaffarah (penebus) atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada musibah yang menimpa seorang muslim, kecuali Allah jadikan sebab untuk kafarah dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, tidak ada yang disia-siakan dalam hidup kita. Susah senang, berpotensi menjadi sumber pahala dan sekaligus sumber dosa. Semuanya kembali kepada sikap kita sebagai pelaku sejarahnya. Karena itu, kami nasihatkan agar bersabar dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala.
Anda masih percaya tuyul?
Masyarakat awam berpandangan, segala sesuatu klenik, akan menyusut sejalan dengan perkembangan teknologi. Padahal sejak kapan ada hubungan antara teknologi dengan tahayul dan kesyirikan.
Praktik klenik dan syirik yang dilakukan warga bisa saja muncul tanpa memandang waktu dan tempat. Bahkan bisa jadi lebih canggih dari pada klenik masa silam, sejalan dengan kecanggihan dunia IT. Anda bisa saksikan, berbagai situs kesyirikan di sekitar kita masih beredar luas.
Apa Hakikat Tuyul ?
Fenomena tuyul, tak jauh beda dengan penamaan jenis-jenis hantu di Indonesia Sundel Bolong, Pocong, Suster Ngesot, Nyi Roro Kidul dan sejenisnya. Semuanya merupakan deskripsi atau gambaran orang awam tentang sesuatu yang kemudian di lembagakan melalui film horror, sinetron, cerita kurofat dan sejenisnya yang
Tuyul merupakan jin yang dilaporkan pernah dilihat oleh manusia dengan penampakan seperti anak kecil gundul, hanya mengenakan sempak (cawet) yang suka mencuri, kemudian mereka istilahkan dengan tuyul.
Sehingga kata ‘tuyul’ sejatinya merupakan nama yang murni diberikan masyarakat. Sebagaimana ada jin yang menjelma seperti sosok berbalut kain mori, yang kemudian diistilahkan dengan pocong.
Sekaligus kita tekankan di sini, bahwa usaha untuk mencari hakikat nama-nama ‘makhluk halus’ yang tersebar di tempat kita sangat tidak penting. Bahkan layak dikatakan sia-sia, 100% buang-buang waktu dan pikiran.
Karena sedikit pun kita tidak akan mendapatkan manfaat dari informasi tersebut. Anda yang memahami asal-usul Nyi Roro Kidul, atau kuntilanak, dan semacamnya, sama sekali tidak akan membuat anda jadi kaya atau tambah rajin ibadah. Kita cukup meyakini bahwa itu jin yang menjelma menjadi bentuk lain dan kebetulan bisa diindera oleh manusia.
Bagaimana Mekanisme Jin/ Tuyul Mencuri?
Seperti layaknya jin, sosok yang disebut tuyul, juga bisa memindahkan barang. Hanya saja, antara satu jin dengan jin lainnya, berbeda kemampuannya, sebagaimana layaknya manusia. Ada jin yang bisa memindahkan barang berat, sebagaimana ada manusia yang bisa angkat berat. Jin juga bisa mencuri sebagaimana manusia bisa mencuri.
Kasus jin suka mencuri ini, pernah terjadi di zaman Nabi-pun. Peristiwa yang dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau ditugasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga zakat ramadhan. Malam harinya datang seorang pencuri dan mengambil makanan.
Dia langsung ditangkap oleh Abu Hurairah. “Akan aku laporkan kamu ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Orang inipun memelas. Minta dilepaskan karena dia sangat membutuhkan dan punya tanggungan keluarga. Dilepaslah pencuri ini. Siang harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Hurairah tentang kejadian semalam. Setelah diberi laporan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia dusta, dia akan kembali lagi.”
Benar, di malam kedua dia datang lagi. Ditangkap Abu Hurairah, dan memelas, kemudian beliau lepas. Malam ketiga dia datang lagi. Kali ini tidak ada ampun. Orang inipun minta dilepaskan. “Lepaskan aku, nanti aku ajari bacaan yang bermanfaat untukmu.” Kemudian dia mengajarkan bacaan ayat kursi sebelum tidur.
Di pagi harinya, kejadian ini dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. kemudian beliau bersabda: “Kali ini dia benar, meskipun aslinya dia pendusta.” (HR. Bukhari 2311)
Yang ditangkap oleh Abu Hurairah waktu itu adalah jin yang menjelma menjadi bentuk lain. Ketika menjelaskan hadis ini, al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya…” (Fathul Bari, 4:489).
Apakah Tuyul Ada Yang Nyuruh?
Bisa jadi ada yang nyuruh, bisa juga karena si jin iseng sendiri, atau kadang karena memang mereka butuh makanan seperti dalam hadis Abu Hurairah di atas. Kasus orang yang merawat tuyul juga pernah terjadi di masa silam. (*)