Scroll untuk membaca artikel
EkonomiLampung Wawai

Pandemi Covid-19 Jadi Peluang Pengrajin Batik Khas Lampung

31
×

Pandemi Covid-19 Jadi Peluang Pengrajin Batik Khas Lampung

Share this article

Radartvnews.com – Pandemi Covid-19 berdampak signifikan hampir di semua sektor, tak terkecuali sektor UMKM.

Akan tetapi UMKM dianggap sektor yang masih mampu bertahan di tengah pandemi dan menjadi sektor strategis untuk memulihkan kondisi perkonomian bangsa yang terpuruk.

Pelaku UMKM dituntut untuk putar otak berinovasi dalam menciptakan karya sehingga karya agar terus terserap oleh pasar.

Salah satunya dilakukan pelaku UMKM pengrajin batik khas Lampung, Daendra Batik Lampung. Ia cukup jeli melihat peluang di tengah pandemi banyak masyarakat yang memiliki banyak waktu luang di rumah, salah satunya hobi mengkoleksi batik.

Nah, hobi mengoleksi batik ditangkap  oleh pemilik gerai Deandra Batik Lampung, Andri Sapriyanto, untuk terus berinovasi dalam menciptakan motif-motif baru sesuai selera konsumen.

Galeri batik tradisonal, Daendra Batik Lampung yang terletak di Jalan Garuda Nomor 3, Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung ini sedikitnya  mampu menghasilkan 20-30 lembar kain batik per hari.

Untuk proses produksi kain batik tradisional menggunakan cara yang sangat sederhana. Dengan tekun dan penuh keuletan setiap hari Andri Sapriyanto dibantu 26 karyawannya memproduksi 3 jenis kain batik, yaitu kain batik  canting. Canting merupakan batik biasa dengan teknik satu kali proses pencantingan dan pewarnaan. Adapula jenis batik asem dengan teknik dua kali proses pencantingan dan pewarnaan serta batik granit dengan teknik tiga kali proses pencantingan dan pewarnaan.

Andri Sapriyanto memperkerjakan warga sekitar sebagai karyawannya  sebanyak 26 orang yang seluruhnya kaum ibu-ibu dengan upah rata-rata Rp 80-100 ribu tergantung tingkat kesulitan motif kain batik yang diproduksinya.

Tidak hanya itu, di  gerai Deandra Batik Lampung ini, costumer dapat memesan sendiri motif sesuai selera yang diinginkan. Harga kain batik di gerai ini masih tergolong ekonomis untuk sebuah kain batik asli yakni dibandrol mulai dari Rp 300 ribu tergantung tingkat kesulitan motif yang dipesan oleh costumer. Sementara, untuk bahan baku pembuatan kain batik ini diperoleh dari Kota Solo-Jawa Tengah.

Untuk pemasaran Andri Sapriyanto memilih fokus menjual hasil kerajinan batik melalui pemasaran online sejak tahun 2016 lalu. Terlebih di era pandemi saat ini, selain menyesuaikan dengan situasi, transaksi secara digital pastinya lebih memudahkan.(ftr/san)